DOWNLOAD

Sabtu, 16 Juli 2011

Menjadi guru profesional


INTEGRITAS PRIBADI TERHADAP PROFESI

Penyebutan guru sebagai pahlawan tanpa tanda jasa, benar adanya. Meskipun ada balas jasa yang ia terima, tidak akan cukup membayar jerih payahnya dalam mendidik anak-anak didiknya menjadi pribadi yang mulia. Namun Sang Maha Pengasih tidak pernah salah menghitung tiap amal hamba-Nya.
Tapi bukan berarti istilah pahlawan tanpa tanda jasa mengijinkan mereka yang berwenang bisa berlaku semaunya terhadap para pahlawan ini. Karena mereka pun seorang manusia, yang perlu dimanusiakan dan dianggap ada. Jadi meskipun pada awalnya para pahlawan tersebut berangkat dengan niat yang tulus, namun dalam perjalanannya ada tuntutan-tuntutan hidup yang terkadang sedikit mengotori niat tulus itu. Dengan demikian perlu ada saling empati, pengertian, respek, serta kerja sama yang baik dari semua pihak yang terlibat dalam dunia pendidikan, jika kita ingin membentuk manusia yang mulia. Penulis jadi teringat perkataan salah seorang teman, Guru bukanlah segalanya, namun segalanya berawal dari guru.
Terima kasih penulis haturkan kepada para guru yang telah terlibat dalam kehidupan penulis hingga saat ini. Syukur kupanjatkan pula pada Engkau Yang Maha Menguasai Ilmu, atas kesempatan yang diberikan sehingga penulis bisa bersentuhan dengan dunia pendidikan.
Sebagai integritas saya sebagai guru dan untuk dapat melakukan peranan dalam melaksanakan tugas serta tanggung jawab, diperlukan syarat-syarat tertentu. Syarat-syarat inilah yang akan membedakan antara guru dengan manusia-manusia lain pada umumnya. Adapun syarat-syarat tersebut antara lain:

1. Persyaratan administratif
Syarat-syarat administratif ini antara lain meliputi: soal kewarganegaraan (warga negara Indonesia), umur (sekurang-kurangnya 18 tahun), berkelakuan baik, megajukan permohonan. Di samping itu masih ada syarat-syarat lain yang telah ditentukan sesuai dengan kebajikan yang ada.
2. Persyaratan teknis
Dalam persyaratan teknis ini ada yang bersifat formal, yakni harus berijazah pendidikan guru. Hal ini mempunyai konotasi bahwa seseorang yang memiliki ijazah pendidikan guru itu dinilai sudah mampu mengajar. Kemudian syarat-syarat yang lain adalah menguasai cara dan teknik mengajar, terampil mendesain program pengajaran serta memiliki motivasi dan cita-cita memajukan pendidikan/pengajaran.
3. Persyaratan psikis
Yang berkaiatan dengan kelompok persyaratan psikis, antara lain: sehat rohani, dewasa dalam berpikir dan bertindak, maupun mengendalikan emosi, sabar, ramah dan sopan, memiliki jiwa kepemimpinan, konsekuen dan berani bertanggung jawab, berani berkorban dan memiliki jiwa pengabdian. Di samping itu, guru juga dituntut untuk bersifat pragmatis dan realistis, tatapi juga memiliki pandangan yang mendasar dan filosofis. Guru harus juga mematuhi norma dan nilai yang berlaku serta memilki semangat membangun. Inilah pentingnya bahwa guru itu harus memiliki panggilan hati nurani untuk mengabdi untuk anak didik.
4. Persyaratan fisik
Persyaratan fisik ini antara lain meliputi: berbadan sehat, tidak memiliki cacat tubuh yang mungkin mengganggu pekerjaannya, tidak memiliki gejala-gejala penyakit yang menular. Dalam persyaratan fisik ini juga menyangkut kerapian dan kebersihan, termasuk bagaimana cara berpakaian. Sebab, bagaimanapun juga guru akan selalu dilihat/diamati dan bahkan dinilai oleh para siswa/anak didik.
5. Persyaratan mental
Persyartan mental antara lain meliputi: memiliki sikap mental yang baik terhadap profesi keguruan, mencintai dan mengabdi pada tugas jabatan, bermental pancasila dan bersikap hidup demokratis.
6. Persyaratan moral
Guru harus mempunyai sifat sosial dan budi pekerti yang luhur, sanggup berbuat kebajikan, serta bertingkah laku yang bisa dijadikan suri tauladan bagi orang-orang dan masyarakat di sekelilingnya.

Dari syarat-syarat tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa mengingat tugas saya sebagai guru adalah tugas yang berat tetapi mulia, maka dituntut syarat-syarat jasmani, rohani dan sifat-sifat lain yang diharapkan dapat menunjang untuk memikul tugas itu dengan sebaik-baiknya.
Akan tetapi, pada pelaksanaannya, banyak kendala yang dihadapi seperti kurangnya perhatian orang tua. Kurangnya perhatian orang tua menambah semakin beratnya beban psikologis anak. Di sisi lain, ia harus melanjutkan perjuangannya dengan belajar agar bisa meraih sukses di masa mendatang.
Tidak heran jika muncul sikap yang aneh; kurang perhatian terhadap guru ketika belajar, berbuat ulah, bahkan bentuk pelanggaran-pelanggaran. Saya sendiri tidak terlalu ingin tahu dengan permasalahan yang dihadapi siswa. Sekolah yang aman bergantung pada upaya menciptakan iklim saling percaya sehingga siswa-siswi mau berbagi dengan pendidik/guru ketika mereka atau teman sekelas mereka sedang menghadapi masalah. Rasa saling memiliki dalam kegiatan belajar sama pentingnya dengan makanan untuk bertahan hidup.
Sebuah peribahasa mengatakan siswa hanya akan peduli pada apa yang kita pikirkan jika mereka berpikir bahwa kita peduli. Mereka perlu rasa aman yang dimulai dari sikap sang pendidik, yaitu sikap peduli. Mereka yang merasa terkucilkan, kesepian, lebih banyak menginvestasikan energinya untuk mendapatkan teman atau membuat ulah agar diperhatikan, baik oleh temannya ataupun oleh guru, ketimbang harus memperhatikan pelajaran atau rumus-rumus yang dianggapnya sulit.
Dengan kondisi peserta didik seperti itu maka saya perlu belajar kepada mereka. Artinya, kondisi tersebut mampu menggugah, mengingatkan saya untuk selalu mencari alternatif agar bisa membantu peserta didik yang banyak mengalami masalah. Memperlakukan siswa dengan penuh keikhlasan; mau menerima mereka apa adanya dengan berbagai macam latar belakang yang syarat berbagai macam problem, merupakan kecerdasan hati seorang guru yang saat ini sangat dibutuhkan dunia pendidikan yang dianggap garda terdepan penentu keberhasilan pendidikan.
Keberhasilan guru bukan hanya mengantarkan siswa-siswinya meraih nilai yang tinggi, melainkan lebih dari itu; guru mampu menjadi tempat yang aman dan nyaman bagi semua siswa dan mengantarkan siswa tersebut ke gerbang kesuksesan, terutama mereka yang mengalami banyak problem.
Kedekatan dan ikatan yang kuat antara siswa dengan pendidik adalah cara untuk membangun atmosfer kepercayaan sehingga para siswa ingin mempelajari hal-hal penting yang harus kita bagi dengan mereka (ikatan personal). Ikatan personal yang memunculkan atmosfer kepercayaan akan muncul ikatan akademik yang menawarkan banyak cara untuk mendorong keberhasilan dalam hal muatan akademik.
Siswa belum merasa dekat dengan sekolah sebelum mereka percaya bahwa mereka dapat meraih kesuksesan. Ikatan personal dan ikatan akademik bisa menjadi pengantar munculnya ikatan sosial, di mana antar siswa mampu mengubah penghalang yang biasanya memisah-misahkan menjadi jembatan yang menghubungkan siswa satu dengan yang lainnya. Demikian juga dengan orang-orang dewasa dalam kehidupan mereka.
Permasalahan yang terjadi di kalangan siswa mungkin karena mereka belum tahu, belum paham, sehingga mereka belum bisa bersikap lebih arif dan bijaksana. Di sinilah peran saya dan para guru, untuk selalu menjadi orang yang lebih baik daripada mereka. Kalau tidak, tidak akan ada bedanya orang saya dan para guru dengan anak-anak.
Fenomena di kelas yang sering dihadapi saya dan para guru adalah bukti nyata bahwa guru harus menjadi orang yang lebih baik, apalagi guru yang sudah lulus sertifikasi. Karena guru tersebut sudah mendapatkan lisensi yang profesional beserta implikasi lainnya berupa insentif yang sudah pasti bisa digunakan untuk meningkatkan kualitasnya. Siswa tidak memperhatikan guru, bisa jadi karena guru tidak bisa memperhatikan siswa dengan baik sehingga siswa pun tidak mau tahu apa yang disampaikan guru ketika di kelas.
Memang, tidak sedikit peserta didik yang sering datang di sekolah, plus dengan berbagai masalah dari rumah, dan permasalahan itu meledak di sekolah saat sudah sampai titik klimaks. Kalau tidak hati-hati, guru bisa menjadi bensin pemicu untuk titik api yang masih kecil sehingga tumbuh api yang lebih besar karena kecerobohan guru.
Apalagi, jika setiap peserta didik yang dianggap mempunyai banyak masalah, kemudian memberikan pengaruh yang tidak baik, sangat mungkin permasalahan di sekolah akan semakin besar dan ruwet.
Di sinilah saya dan para guru harus menjadi peredam dan solusi atas permasalahan yang dihadapi oleh siswa; mengenali mereka dengan balk, berikan mereka perhatian, menjalin kedekatan untuk meraih prestasi, jadikan anak yang bermasalah sebagai guru. Itulah beberapa proses belajar guru agar menjadi guru yang lebih baik.
Jika seorang guru memiliki beberapa metode pengajaran yang baru dan memikat, maka ia akan menjadi seorang guru yang dirindukan oleh murid-muridnya. Mereka akan menerima pelajaran yang diberikan dengan hati senang dan antusias. Sehingga, ia menajdi seorang guru yang dicintai murid-muridnya, dan hendaknya dia juga menyayangi mereka. Tidak diragukan lagi, guru yang tidak memiliki sifat kasih terhadap murid, maka ia tidak akan bertahan lama menekuni profesi sebagai seorang guru –kecuali karena terpaksa. Ketenangan hati dan sifat menerima antara guru dan murid-muridnya adalah unsur terpenting dalam proses pendidikan yang sukses.
Daniel Comiza berpendapat bahwa guru yang dicintai adalah sosok yang menerima dengan tulus dan berbahagia –sebelum segala sesuatu- sebagai manusia. Hal ini akan menjadikan dirinya lebih bisa memahami murid-muridnya dan berinteraksi baik dengan mereka. Bahkan, ia akan bangga dengan kemampuan dan keahlian yang dimiliki, serta senang dengan kondisi yang ada di sekitarnya. Hal itu diwujudkannya dengan membantu dan membimbing para murid dengan baik lagi tulus. Dan juga ia berinteraksi dengan semua orang dengan baik dan sikap mulia.
Flandrez berpendapat bahwa ada beberapa sifat yang harus dimiliki seseorang jika ia ingin menjadi seorang guru yang bangga dengan dirinya dan dicintai oleh murid-muridnya. Sifat yang paling dibutuhkannya adalah menerima orang lain, tenang atau bisa mengendalikan emosi, ramah, murah senyum, sabar, dan mampu untuk melakukan tugas-tugas yang menjadi tanggung jawabnya.
Murze berpendapat bahwa guru yang dicintai adalah seorang guru yang memiliki sifat ramah dalam berinteraksi kepada sesama, memahami orang lain, menghormati tanggung jawab, disiplin dalam sikap dan tugas-tugasnya, dan mampu berinisiatif dan inovatif.
Sebuah penelitian di Amerika yang dilakukan oleh para ilmuwan Amerika, yang dipimpin oleh Hart Adams menegaskan bahwa ada tiga kelompok yang menjadi sebab seorang guru dicintai murid-muridnya. Tiga kelompok tersebiut adalah:
Kelompok pertama
  • Sikap tolong menolong dengan loyalitas tinggi
  • Menjelaskan pelajaran dengan baik
  • Menggunakan perumpamaan atau contoh dalam menjelaskan.
Kelompok kedua
  • Berbudi pekerti baik
  • Cerdas dan cekatan
  • Mampu membuat suasana di dalam kelas menjadi hangat dan menyenangkan
Kelompok ketiga
  • Arif dan lemah lembut terhadap murid-muridnya
  • Peka terhadap perasaan murid-muridnya
  • Merasa bahwa murid-muridnya adalah teman-temannya

Dr. Kamal Dasuki dalam bukunya yang berjudul “Belajar dan Mengajar” menjelaskan tentang beberapa simpulan dari berbagai riset yang dilakukan oleh para peneliti Barat yang diberi tajuk “Siapakah guru yang dicintai menurut para murid?” Di antara penelitian tersebut adalah sebagai berikut:
Riset yang dilakukan Robert Rowen. Dia berpendapat bahwa guru yang dicintai tidak boleh tidak harus melakukan hal-hal berikut ini:
  • Menjadikan pengajaran sebagai sesuatu yang dirindukan.
  • Menguasai dengan sangat baik materi pelajaran yang menjadi spesifikasinya.
  • Mampu berbicara dengan semangat dan penuh antusiasme.
  • Mampu menyusun dan menertibkan materi ilmiah.
  • Memotivasi dan mensupport murid-muridnya.
  • Memiliki jiwa humoris.
  • Perhatian terhadap murid-muridnya.
  • Kata-katanya mampu memberikan kenyamanan dalam jiwa.
  • Bersih dan rapi dalam berpakaian.
Riset yang dilakukan Donale Viera menjelaskan, bahwa guru yang dicintai adalah orang yang:
  • Menjadikan pengajaran sebagai sesuatu yang dirindukan
  • Mengenal dan memahami pelajaran diajarkan dengan baik
  • Logis dalam tugas-tugasnya
  • Memberikan kesempatan kepada murid untuk berdiskusi dan bertanya
  • Memberikan jawaban-jawaban yang masuk akal
  • Penjelasannya mudah dipahami
  • Tidak melukai hati murid-muridnya
  • Memiliki jiwa humoris
Sedangkan Lamzon dalam risetnya menyebutkan bahwa seorang guru akan dicintai bila ia memiliki karakter:
  • Sangat mendalami materi yang menjadi spesifikasinya
  • Memiliki ketrampilan yang baik dalam mengajar
  • Memiliki jiwa yang memikat dalam menjelaskan pelajaran
  • Moderat dan tidak memihak
  • Mampu berinteraksi baik dengan murid-muridnya
  • Memiliki sifat ikhlas dan jujur
  • Humoris
  • Penampilannya rapi dan bersih

Demikianlah beberapa pendapat para tokoh tentang bagaiman seharusnya guru bertindak yang menjadi acuan buat saya dalam melaksanakan tugas sehari-hari.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar